Minggu, 30 Januari 2011

All About Bidan


PROSES PEMBUAHAN

Spermatogenesis
  • Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.
  • Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional.
  • Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
  • Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
  • Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
  • Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
  • Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
  • Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
  • Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
  • Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
  • Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
  • Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
  • Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan).
  • Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
  • Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi.
  • Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
  • Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma.
  • Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom.
  • Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
  • Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
  • Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
  • Hormon pada Pria Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan. estoteron
  • Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
LH (Luteinizing Hormone)
  • LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
  • LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
  • FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli.
  • Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
Estrogen
  • Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
  • Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus.
  • Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
Hormon Pertumbuhan
  • Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
  • Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Oogenesis
  • Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium.
  • Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur.
  • Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
  • Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
  • Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan.
  • Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis.
  • Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas.
  • Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
  • Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer.
  • Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja.
  • Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
  • Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya.
  • Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya.
  • Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
  • Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
  • Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi.
  • Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi.
  • Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
  • Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder).
  • Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua.
  • Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
  • Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur.
  • Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum.
  • Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit.
  • Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer.
  • Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier.
  • Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Hormon pada Wanita
  • Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.
  • Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
Siklus menstruasi
  • Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium.
  • Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari.
  • Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium.
  • Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
  • Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi.
  • Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi.
  • Untuk periode atausiklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi.
Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi,
  1. fase pra-ovulasi,
  2. fase ovulasi
  3. fase pasca-ovulasi.
  4. Fase menstruasi
  • Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
  • Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium).
  • Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.
  • Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi.
  • Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari.
  • Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
Fase pra-ovulasi
  • Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
  • Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.
  • Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
  • Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
  • Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
  • Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
  • Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa.
  • Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi
  • Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon.
  • Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
  • Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH.
  • LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
  • Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma.
  • Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Fase pasca-ovulasi
  • Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
  • Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
  • Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
  • Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
  • Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan.
  • Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
  • Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Fertilisasi
  • Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
  • Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.
  • Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida.
  • Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
  • Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
  • Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan: hialuronidase
  • Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
  • akrosin Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
  • antifertilizin Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
  • Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein
fungsi fertilizin :
  1. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
  2. Menarik sperma secara kemotaksis positif.
  3. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekundermengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
  • Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.
  • Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
  • Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
Gestasi (Kehamilan)
  • Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali.
  • Hasil pembelahan tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang disebut tahap morula.
  • Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit.
  • Tahap ini disebut blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol).
Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
  • Sel-sel bagian luar blastosit Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus.
  • Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait.
  • Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium.
  • Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
  • Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
  • Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus.
  • Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
Sakus vitelinus
  • Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit).
  • Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio.
  • Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
Korion
  • Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio.
  • Korion membentuk vili korion (jonjot- jonjot) di dalam endometrium.
  • Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus.
  • Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.
Amnion
  • Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan amnion (ketuban).
  • Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion.
  • Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari luar.
Alantois
  • Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari).
  • Tali pusar menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu.
  • Di dalam alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.
  • Sel-sel bagian dalam blastosit
  • Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).
  • Permukaan ektoderm melekuk ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm).
  • Selanjutnya, ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.
  • Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung.
  • Mesoderm akan membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin.
  • Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
  • Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat.
  • Masa ini disebut masa janin atau masa fetus.
Persalinan
  • Persalinan merupakan proses kelahiran bayi.
  • Pada persalinan, uterus secara perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi dilahirkan.
  • Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
  • Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
Estrogen
  • Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin
  • Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.
Prostaglandin
  • Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin.
  • Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Relaksin
  • Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta.
  • Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
Laktasi
  • Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu.
  • Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu.
  • Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
  • Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
  • Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta janin.
  • Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang.
  • Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar.
  • Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu.
  • Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu.
  • Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.

RANGKUMAN :Proses Pembuahan Sel Telur oleh Sel Sperma
Pada umumnya, pembuahan mungkin saja terjadi dalam rentang satu minggu setelah calon ibu selesai haid atau 14 hari sebelum siklus haid berikutnya. Dengan kata lain, inilah masa subur calon ibu. Dalam 7 - 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah dibuahi akan "tertanam" (implantasi) pada dinding rahim. Inilah masa kritis agar sebuah kehamilan terjadi dengan sukses!

Pada akhir minggu berkutnya, sel telur sudah melekat erat dengan plasenta yang menghubungkan janin dengan ibunya. Berikut ini gambaran detil proses pembuahan
 
  • Sel telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 dari siklus haid. Sel telur ini ditangkap oleh ujung saluran telur (tuba Fallopii) yang berbentuk corong, kemudian berjalan di dalam tuba karena adanya kontraksi otot. 
  • Fertilisasi atau pembuahan oleh satu sperma umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur.
  • Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam.
  • Pembelahan berulang-ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot.
  • Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.
  • Di dalam bola sel terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit.
  • Blastosit sampai di rongga rahim.
  • Implantasi terjadi sekitar hari ke 7, biasanya bagian atas rahim di sisi ovarium mengeluarkan sel telur. Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam erat. Masa embrionik ini dimulai sejak momen ini sampai minggu ke-8. Setelah minggu kedelapan, embrio disebut sebagai janin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar